MERENTENG – Pengrajin Kambang Barenteng merangkai bunga di rumahnya, Gang Ar Raudah Jalan Pangambangan Banjarmasin |
MASYARAKAT Kalimantan Selatan terutama di
Banjarmasin tentu tidak asing dengan kambang berenteng. Ya, bunga-bungaan yang
dirangkai dengan punduhan (daun pohon
kelapa, red) masih eksis menghiasi acara seremonial kebudayaan di Banjarmasin.
Tidak
sulit menemukan kambang barenteng ini. Di depan Pasar Sudimampir, Acil Kembang
(pedagang kembang) berjejer rapi di depan toko mereka masing-masing. Di
sejumlah ruas jalan pun kadang terlihat, terutama kawasan-kawasan strategis
padat pengguna jalan, sebut saja di Pasar Yani, Pasar Kuripan, Pasar Lama dan
lainnya.
Kebanyakan,
mereka tinggal di Jalan Pengambangan (Simpang Babagi) Kelurahan Pengambangan
Kecamatan Banjarmasin Timur. Penelusuran Radar Banjarmasin, sebutan
Pengambangan itu pun lantaran profesi warga sejak tahun 1940-an adalah penjual
dan pengrajin kambang barenteng.
Selain
merenteng (merangkai, red), warga juga membuat tanggui, topi purun dan lainnya.
Inilah juga kenapa ada Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) di Pengambangan yang
dinamai BPK Kambang Berenteng.
Seperti
namanya, Kambang Berenteng biasanya terdapat ragam bunga-bungaan di satu
rangkaian. Seperti Kenanga, Melati, Mawar, Pudak (Pandan, red), Merak dan
Kembang Kertas. Pasokan kembang ini ada yang langsung diambil dari kebun di
Banjarmasin, ada pula yang mengambil dari luar kabupaten/kota.
Misalnya
Bunga Melati. Bunga ini diambil dari sejumlah desa di Karang Intang Kabupaten
Banjar seperti Desa Labuan Tabu, Jingah Habang Hulu, Jingah Habang Ilir dan
lainnya. Setiap harinya, pemasok dari Kabupaten Banjar datang ke Banjarmasin
menjual Bunga Melati sesuai pesanan. Harganya tergantung stok dan tingkat
kebutuhan.
Warga
Pengambangan punya peran masing-masing untuk membuat Kambang Berenteng
ini. Acil Kembang biasanya hanya
menyediakan bahan seperti Kenanga, Melati dan sebagainya tadi. Bahan-bahan ini
kemudian diolah oleh pengrajin yang tersebar di Pengambangan. Proses merenteng
biasanya dilakukan siang hingga malam hari. Malamnya, hasil rentengan tadi
diambil Acil Kembang untuk disegarkan di dalam kotak es (Box) selama satu malam. Sehingga besoknya,
ketika kambang barenteng dijual bisa tetap segar.
Eksistensi
kembang berenteng kala ini tidak dapat dipungkiri. Setengah abad lebih sejak
kemerdekaan Indonesia 1945 tetap saja hingga sekarang digunakan masyarakat
Banjar. Kambang Berenteng biasanya digunakan untuk ziarah kubur, maulid nabi
dan acara kegamaan dan kebudayaan lainnya.
Kepala
Bidang Pengembangan Pariwisata Banjarmasin Khuzaimi pun tidak menampik
eksistensi Kambang Berenteng kala ini. Menurutnya, kerajinan yang merupakan
tradisi budaya Banjar ini harus tetap dilestarikan sehingga tidak menghilang
tergerus zaman. “Saat ini kita juga sedang mengumpulkan pedagang-pedagang dan
pengrajin Kambang Barenteng di Banjarmasin ini. Akan kita bentuk paguyuban
supaya tetap eksis,” ucapnya.
Salah
satu pedagang Kambang Barenteng di Pasar Sudimampir, Hj Siti Fatimah
mengungkapkan, ia sudah berjualan puluhan tahun di Ujung Murung tersebut.
Setiap harinya ada saja pelanggan yang datang. Namanya berdagang tentu saja
penghasilan tak menentu. Namun ada momen-momen dimana jualan Kambang Berenteng
laku keras.
“Biasanya
menjelang lebaran itu, insya Allah banyak dapatnya. Kalau ditotal bisa jutaan
seharinya. Kalau dikumpulkan hingga lebaran bisa belasan sampai puluhan juta
juga dapatnya. Tapi itu belum dipotong sama modal ya. Nah kalau hari-hari biasa
seperti ini, dapatnya sekitar ratusan ribu,” tandas ibu dua anak yang tinggal
di Pengambangan tersebut.
Menurut
Hj Itim (biasa ia disapa, red), mencari penerus bedagang Kambang Berenteng ini
tidak mudah. Biasanya kaum hawa yang mau jadi penerusnya. Ia pun berharap ada
penerus yang bisa melanjutkan usahanya tersebut. (mat)
0 komentar:
Posting Komentar